Denim adalah pakaian pokok setiap lemari pakaian. Tren denim hari ini telah muncul dalam berbagai pola, warna dan tekstur. Memang benar bahwa desainer pakaian relatif lebih mahal, tapi sebagian besar kali mereka layak biaya. Sudah waktunya untuk keluar dari jins kuno dan mencoba tren terbaru yang telah tiba. Kadang-kadang kita harus dimasukkan ke dalam upaya besar untuk menemukan pakaian denim yang ideal; baik itu jins, jaket denim, kemeja atau bahkan celana pendek.
Grosir Tas Wanita Branded Murah Terbaru | di Bandung Jakarta Surabaya Batam Tanah Abang Pasar Senen
Membeli sepasang desainer jins dan yakinlah bahwa seseorang telah membuat investasi yang tepat. Desainer denim akan mengubah kepala setiap kali dipakai. Ada beberapa alasan mengapa beberapa orang lebih memilih untuk menghabiskan lebih banyak untuk denim desainer populer daripada hal-hal biasa yang tersedia di pasar. Kain yang tepat, metode menjahit, dan pola yang unik dapat ditemukan di merek-merek desainer.
Kamis, 16 Oktober 2014
Senin, 02 Juni 2014
Empat Sehat, Limanya Sempurna dari Impor, Sehatkah?
Susu, adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh Indonesia. Dari
segi manfaat, susu memang banyak menyediakan zat-zat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Mulai dari bayi kucing
hingga bayi manusia sedini mungkin biasanya diberi asupan susu, baik
susu alami dari induknya maupun susu olahan. Tentu Anda ingat benar,
bahkan masih ingat mengenai jargon yang berkaitan dengan pentingnya
mengonsumsi susu, yaitu 4 sehat 5 sempurna, titik.
Dari tahun ke tahun, tingkat konsumsi susu memang semakin meningkat, khususnya tingkat konsumsi susu di Indonesia. Sampai tahun 2014 pun, kebutuhan konsumsi susu nasional diperkirakan mencapai 8 juta liter/hari. Meskipun nilai konsumsi Indonesia yang sebesar itu masih ketinggalan dibanding tingkat konsumsi susu nasional negara di kawasan ASEAN.
Menariknya, tingkat konsumsi dalam negeri ini yang meningkat sampai saat ini pun belum dibarengi dengan ketersediaan bahan baku susu nasional. Produksi susu saat ini masih sebesar 1,6 juta liter/hari hingga 1,7 juta liter/hari. Hal tersebut menyebabkan hanya perusahaan dalam negeri yang bergerak di bidang pengolahan susu terpaksa melakukan impor besar-besaran untuk memenuhi kekurangan pasokan bahan baku susu segar. Ini berarti, sekitar 80% kebutuhan susu nasional masih dipenuhi dengan cara mengimpor susu dari luar negeri, seperti Australia dan Selandia Baru.
Selain keterbatasan pasokan bahan baku susu dalam negeri, produsen susu dalam negeri terpaksa mengimpor karena harga susu impor yang lebih murah daripada harga susu dalam negeri. Mahalnya harga susu lokal mengindikasikan kurangnya efisiensi dan manajerial pengolahan pada tingkat peternak sehingga berdampak pada besarnya marjin perdagangan susu di tingkat produsen pula. Dari segi kuantitas yang selalu kurang dari target nasional setiap tahunnya, ini menunjukkan perlunya menambah jumlah populasi ternak pada tingkat peternak. Tentunya, dengan mempertimbangkan produktivitas ternak nasional seberapa besar dahulu.
Indonesia memang sangat perlu impor, tetapi dengan kebijakan “terlalu” mengimpor, apa mungkin akan menjamin kesehatan ekonomi Indonesia ke depan? Jumlah populasi sapi perah nasional memang baru-baru ini mengalami penyusutan menjadi 350.000 ekor saja (surabaya.bisnis.com, 2014), berbeda dari tahun 2011 berdasarkan hasil Pendataan Sapi Perah, Sapi Potong, dan Kerbau (PSPK) BPS dan Kementerian pertanian, yakni sebanyak 597.100 ekor (BPS, 2011). Penyusutan populasi ternak sebagai peghasil bahan baku susu memang terjadi karena tergerus oleh usaha sapi potong sehingga, atau peternak beralih dari memelihara sapi perah ke sapi potong. Walhasil dari segi produksi susu peternak berkurang. http://www.butiktasonline.com/
Lantas, impor susu yang hingga mencapai 80% itu menyehatkan? Di sinilah perlunya pemerintah menetapkan perundang-undangan baru dalam kebijakan impor, terkhusus mengenai besar maksimal impor untuk melindungi harga dan stabilitas ekonomi nasional, serta dalam rangka untuk meminimalisasi adanya praktik penyelewengan atas kuota impor susu di tahun mendatang. Kebijakan impor besar pun jika dirasa “terlalu” sedikit banya bukankah justru berdampak negatif terhadap harga susu dalam negeri, ini pentingnya proteksi dua arah oleh pemerintah. Jika harga susu dalam negeri menjadi murah akibat terlalu banyaknya bahan baku impor yang membanjiri pasokan industri pengolahan susu, maka peternak selain menjadi malas untuk usaha sapi perah lagi dan memutuskan untuk usaha sapi potong atau kerbau.
Perlindungan harga di level peternak seyogyanya lebih diutamakan, yakni dengan program penambahan jumlah kepemilikan sapi perah per peternak. Meskipun dari segi efisiensi, peternak kita masih kalah jauh dibandingkan peternak luar negeri. Namun, inilah upaya dini untuk mengurangi ketergantungan lebih terhadap impor. Tentunya adanya suntikan dana dalam bentuk subsidi pakan dan lahan hijauan kepada peternak, maka secara bertahap akan mampu memperbaiki tingkat ketergantungan impor susu yang berlebihan.
Dari tahun ke tahun, tingkat konsumsi susu memang semakin meningkat, khususnya tingkat konsumsi susu di Indonesia. Sampai tahun 2014 pun, kebutuhan konsumsi susu nasional diperkirakan mencapai 8 juta liter/hari. Meskipun nilai konsumsi Indonesia yang sebesar itu masih ketinggalan dibanding tingkat konsumsi susu nasional negara di kawasan ASEAN.
Menariknya, tingkat konsumsi dalam negeri ini yang meningkat sampai saat ini pun belum dibarengi dengan ketersediaan bahan baku susu nasional. Produksi susu saat ini masih sebesar 1,6 juta liter/hari hingga 1,7 juta liter/hari. Hal tersebut menyebabkan hanya perusahaan dalam negeri yang bergerak di bidang pengolahan susu terpaksa melakukan impor besar-besaran untuk memenuhi kekurangan pasokan bahan baku susu segar. Ini berarti, sekitar 80% kebutuhan susu nasional masih dipenuhi dengan cara mengimpor susu dari luar negeri, seperti Australia dan Selandia Baru.
Selain keterbatasan pasokan bahan baku susu dalam negeri, produsen susu dalam negeri terpaksa mengimpor karena harga susu impor yang lebih murah daripada harga susu dalam negeri. Mahalnya harga susu lokal mengindikasikan kurangnya efisiensi dan manajerial pengolahan pada tingkat peternak sehingga berdampak pada besarnya marjin perdagangan susu di tingkat produsen pula. Dari segi kuantitas yang selalu kurang dari target nasional setiap tahunnya, ini menunjukkan perlunya menambah jumlah populasi ternak pada tingkat peternak. Tentunya, dengan mempertimbangkan produktivitas ternak nasional seberapa besar dahulu.
Indonesia memang sangat perlu impor, tetapi dengan kebijakan “terlalu” mengimpor, apa mungkin akan menjamin kesehatan ekonomi Indonesia ke depan? Jumlah populasi sapi perah nasional memang baru-baru ini mengalami penyusutan menjadi 350.000 ekor saja (surabaya.bisnis.com, 2014), berbeda dari tahun 2011 berdasarkan hasil Pendataan Sapi Perah, Sapi Potong, dan Kerbau (PSPK) BPS dan Kementerian pertanian, yakni sebanyak 597.100 ekor (BPS, 2011). Penyusutan populasi ternak sebagai peghasil bahan baku susu memang terjadi karena tergerus oleh usaha sapi potong sehingga, atau peternak beralih dari memelihara sapi perah ke sapi potong. Walhasil dari segi produksi susu peternak berkurang. http://www.butiktasonline.com/
Lantas, impor susu yang hingga mencapai 80% itu menyehatkan? Di sinilah perlunya pemerintah menetapkan perundang-undangan baru dalam kebijakan impor, terkhusus mengenai besar maksimal impor untuk melindungi harga dan stabilitas ekonomi nasional, serta dalam rangka untuk meminimalisasi adanya praktik penyelewengan atas kuota impor susu di tahun mendatang. Kebijakan impor besar pun jika dirasa “terlalu” sedikit banya bukankah justru berdampak negatif terhadap harga susu dalam negeri, ini pentingnya proteksi dua arah oleh pemerintah. Jika harga susu dalam negeri menjadi murah akibat terlalu banyaknya bahan baku impor yang membanjiri pasokan industri pengolahan susu, maka peternak selain menjadi malas untuk usaha sapi perah lagi dan memutuskan untuk usaha sapi potong atau kerbau.
Perlindungan harga di level peternak seyogyanya lebih diutamakan, yakni dengan program penambahan jumlah kepemilikan sapi perah per peternak. Meskipun dari segi efisiensi, peternak kita masih kalah jauh dibandingkan peternak luar negeri. Namun, inilah upaya dini untuk mengurangi ketergantungan lebih terhadap impor. Tentunya adanya suntikan dana dalam bentuk subsidi pakan dan lahan hijauan kepada peternak, maka secara bertahap akan mampu memperbaiki tingkat ketergantungan impor susu yang berlebihan.
Senin, 05 Mei 2014
Jual Beli Grosir Toko Butik Supplier Distributor Tas
Samurai Doll, lambang kegagahan anak laki-laki (dokpri)
Jual Beli Grosir Toko Butik Supplier Distributor Tas |
Kabuto, helmet samurai simbol keperkasaan Anak Laki-Laki (dokpri)
Pasang KOI NO BORI di pagar beranda apartemen sudah, memajang boneka Samurai pun sudah, lalu apa lagi coba yang kurang?? Ayoo tebak! Hehehe gampang kok, coba deh kalo party itu yang harus ada apa hayoo?! Yaakk, tak lain dan tak bukan adalah kue! Kue khas Hari anak ini bernama Kashiwa Mochi, yaitu mochi yang berisi selai kacang merah, lalu mochi itu dibalut oleh daun pohon kashiwa. Rasanya? Tentu aja, uenak! Bikin sendiri? Gak usah! Coba langsung meluncur aja ke supermarket, seabrek abrek ada dijual kok, lebih praktis karena kalo bikin sendiri harus punya kuali buat numbuk beras ketannya sampai lembuut, duh repotnya kebayang hehe ;p
Langganan:
Postingan (Atom)